Tanpa
basa-basi saya ingin berbagi inspirasi melalui karya literasi yang terbaik
untuk Anda. Tak perlu diragukan lagi karena yang saya bagikan pasti yang
terbaik. Buktikan saja dengan membaca dan mengambil patisari artikel berikut
ini. Artikel yang berjudul “Membranding Keduk Beji Menjadi Pesona Wisata Ngawi”
ini merupakan juara I (Pertama) dalam
rangka Hari Pers Nasional tahun 2020.
MEMBRANDING KEDUK BEJI
MENJADI PESONA WISATA NGAWI
Oleh: Budi Hantara
Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia, namundisisilain menimbulkan dampak negatif yang harus disikapi secara bijaksana. Kita tak boleh berpandangansempit dan menutup diri dari perkembangan iptek. Jangan melihat kemajuan iptek hanya dari satu sudut pandang negatif dan mengabaikan manfaatnya bagi kehidupan. Karena tujuan utama menciptakan teknologi adalah untuk perubahan kehidupan masa depan manusia yang lebih baik, mudah, murah, cepat dan aman.
Tak bisa dipungkiri bahwa di era
globalisasi ini, perkembangan iptek
begitu pesat. Pengaruh perkembangan
iptek dalam berbagai bidang kehidupan begitu besar. Perubahan yang begitu cepat
di era globalisasi ini bila tidak
disikapi secara bijaksana bisa menjadi ancaman. Tergesernya budaya lokal atau
tradisi oleh budaya global bisa menyebabkan kita tercabut dari akar budaya sendiri.
Jati diri bangsa tergerus roda zaman yang melaju begitu cepat. Persoalan yang
kita hadapi menjadi rumit karena generasi muda semakin tidak tertarik terhadap
tradisi yang penuh kearifan lokal. Mereka menganggap bahwa sesuatu yang berbau
tradisi itu kuno atau ketinggalan zaman.
Kondisi seperti ini mendorong
Pemerintah Kabupaten Ngawi untuk terus berkomitmen dalam upaya melestarikan
tradisi. Komitmen Pemerintah Kabupaten Ngawi dibuktikan melalui kegiatan
tahunan tradisi Keduk Beji. Perayaan Keduk Beji yang sekarang sudah menjadi
agenda tahunan, tak bisa dipisahkan dari sejarah desa tawun. Menurut sejarah
patih Matawun sebagai cikal bakal lahirnya desa Tawun Kecamatan Kasreman.
Selain untuk melestarikan tradisi, kegiatan tersebut sebagai upaya akselerasi
pembangunan di sektor pariwisata. Untuk mewujudkan mimpi besar itu maka Keduk
Beji perlu dibranding menjadi pesona wisata Ngawi.
Membranding Keduk Beji
Membranding
adalah cara untuk mengkomunikasikan pesan dari sebuah produk bisnis kepada para
konsumen. Dalam kajian ini produk yang dibranding adalah tradisi Keduk Beji
sebagai salah satu potensi wisata budaya Ngawi. Wisata budaya adalah satu jenis
kegiatan pariwisata yang menggunakan kebudayaan sebagai obyeknya. Ada beberapa
unsur kebudayaan yang dapat menarik kedatangan para wisatawan, antara lain:
tradisi, kesenian dan sejarah. Keduk Beji merupakan tradisi yang memiliki latar
belakang sejarah sangat menarik. Tinggal dibranding secara kreatif maka Keduk
Beji bisa menjadi pesona wisata unggulan
Ngawi. Ada beberapa jenis branding, antara lain: Cultural Branding, Product
Branding dan Geographic Branding. Keduk Beji bisa dibranding dengan Cultural
Branding dan Geographic Branding.
Cultural Branding yaitu suatu usaha
pemberian brand atau identitas yang disesuaikan dengan reputasi suatu daerah tertentu.
Dalam hal ini merujuk pada desa Tawun Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi.
Dengan potensi yang dimiliki desa Tawun, maka Tawun bisa dibina menuju desa
budaya. Untuk menuju ke sana perlu pembinaan dari dinas terkait. Sedangkan Geogrphic Branding merupakan sebuah
usaha pemberian identitas yang memiliki tujuan untuk memunculkan gambaran
sebuah produk yang identik dengan nama sebuah lokasi sehingga bila lokasi itu
disebut, maka orang akan langsung mengingat brand tersebut.
Bila
Keduk Beji dibranding dengan tepat maka akan sangat bermanfaat, antara lain:
- Memberi
kesan yang baik agar para pengunjung semakin tertarik dan bahkan ingin datang
kembali.
- Membuka
jalan untuk dikenal masyarakat lebih luas, baik dari logonya atau dari unsur
lainnya yang khas.
Ada beberapa
unsur branding yang harus diperhatikan supaya tujuan kita membranding Keduk
Beji menjadi pesona wisata Ngawi tercapai. Unsur-unsur tersebut meliputi;
1. Nama
Merek/Nama Obyek.
Nama adalah hal pertama dan
utama yang harus dipenuhi jika kita akan melakukan branding. Tanpa sebuah nama,
maka produk yang kita tawarkan tidak akan memiliki identitas yang memudahkannya
untuk dikenali masyarakat. Demikian juga dengan pemilihan nama yang menarik
untuk obyek wisata. Nama Wahana Keduk
Beji lebih menarik daripada Pemandian Tawun yang digunakan selama
ini.
2. Logo
Dalam membuat logo harus
memperhatikan faktor keunikan dan image sesuai dengan brand atau nama merek.
Logo yang unik akan meninggalkan kesan tak terlupakan. Setelah kita menggunakan brand Wahana Keduk
Beji harus menentukan logo yang sesuai. Image yang tertanam di benak masyarakat
Ngawi selama ini adalah bulus karena di sekitar sumber air Wahana Keduk beji
ini banyak dijumpai bulus. Dengan demikian maka tinggal membuat logo bulus yang
distilir sedemikian rupa sehingga menjadi unik dan menarik.
3. Kemasan/Tampilan
Visual
Supaya menarik maka kemasan
sebaiknya menggunakan warna cerah atau elegan untuk menambah pencitraan yang
berkualitas. Bila ingin tampak indah maka sebaiknya gunakan jasa seniman yang
kompeten.
4. Penggunaan
Juru Bicara
Juru bicara di sini
berfungsi sebagai bintang iklan atau pemandu yang betul-betul memahami
keunggulan Wahana Keduk Beji sehingga mampu memberikan informasi yang lengkap
dan menarik. Sebaiknya menggunakan tokoh idola atau maskot untuk meningkatkan
daya tarik. Kabupaten Ngawi yang setiap tahun mengadakan pemilihan Dimas
Diajeng bisa memberdayakan ajang ini untuk mendukung suksesnya Wahana Keduk
Beji. Dimas Diajeng yang terpilih bisa berperan sebagai Duta Wisata yang
potensial untuk menjadi Juru Bicara.
5. Lagu
Tematik
Sebuah lagu yang
menggambarkan tentang Wahana Keduk Beji akan melengkapi unsur visual branding
sehingga menjadi lebih indah dan melekat di hati setiap pengunjung.
6. Slogan
Slogan yang cerdas selalu
meninggalkan kesan mendalam. Gunakan unsur ceria dan positif, mudah diingat dan
beda dari brand lain. Misalnya menggunakan slogan “Keduk Beji Membumi di Negeri
Ngawi”.
Secara
konseptual upaya membranding Keduk Beji sudah cukup panjang lebar diuraikan di
atas. Selanjutnya tinggal bagaimana realisasinya. Pemerintah harus bersinergi
dengan masyarakat. Sebaiknya pemerintah Kabupaten Ngawi melibatkan para pelaku
industri kreatif dalam pengelolaan pariwisata. Dukungan atas keberadaan
industri kreatif harus serius dilakukan oleh semua pihak, sebab inilah tuntutan
era kompetensi global yang tidak saja melibatkan industri kreatif di satu sisi
dan pemerintah di sisi lain, tetapi juga melibatkan beragam kreativitas di
lintas sektoral, khususnya memanfaatkan teknologi informasi.
Jika
kita lamban memanfaatkan kemajuan teknologi dalam pengembangan industri kreatif
dan pariwisata, maka kita akan tertinggal. Padahal Ngawi memiliki banyak
potensi berupa produk barang dan jasa yang mampu mendukung sektor pariwisata,
baik di bidang produk seni, budaya hingga karifan lokal. Jangan terlena atau
mengeluh karena globalisasi menimbulkan banyak problema. Tantangan sebagai
dampak globalisasi harus kita hadapi secara bijaksana. Globalisasi bisa membuat
kita lebih kreatif. Persaingan produk tidak hanya pada kualitas barang dan
jasa, melainkan juga soal kreativitas branding dan menejemen pemasarannya.
Dalam hal ini yang kita pasarkan adalah Wahana Keduk Beji sebagai pesona wisata
Ngawi.
Masyarakat
Ngawi pada umumnya dan generasi milenial khususnya harus mengandalkan ide-ide
segar untuk menghasilkan nilai tambah ekonomi. Karena sejatinya dasar ekonomi
kreatif adalah “how people make money from ideas” (John Howkins 1996). Jadi
pilar utama kesuksesan sebuah usaha bukan uang atau mesin sebagai faktor
produksi, melainkan ide-ide baru dan segar, fleksibel, penuh kreativitas dan
inovasi.
Untuk
mengelola Wahana Keduk Beji, selain membranding seperti yang telah diuraikan di
depan perlu langkah nyata sebagai berikut:
1. Menanamkan
rasa bangga dan ikut memiliki Wahana Keduk Beji melalui kegiatan literasi.
Rasa bangga dan ikut memiliki
Wahana Keduk Beji bisa ditanamkan sejak dini di hati orang Ngawi. Caranya
sederhana. Legenda Keduk Beji dibukukan, selanjutnya didistribusikan ke seluruh
sekolah dan perpustakaan di wilayah Kabupaten Ngawi. Bila setiap satu sekolah
memiliki buku Legenda Keduk Beji dan para guru
mendorong peserta didik untuk membacanya maka mereka akan mengenal dan
mencintai daerahnya. Melalui kegiatan literasi di sekolah hasilnya akan lebih
nyata. Selama ini belum ada buku-buku tentang Legenda Ngawi yang penuh kearifan
lokal, maka tak mengherankan bila anak-anak Ngawi kurang mengenal potensi
wisata budaya di daerahnya.
2. Mengadakan
pameran budaya
Untuk lebih mengenalkan
Wahana Keduk Beji kepada masyarakat luas, sebaiknya sebelum puncak kegiatan
ritual Keduk Beji diselenggarakan pameran budaya. Supaya lebih meriah maka
pameran budaya perlu menggandeng para pelaku bisnis industri wisata di kota Ngawi
dan kabupaten sekitar. Manfaatkan momentum ini untuk membuat semua pihak
terpana dan kagum pada Keduk Beji. Pesta budaya yang dibuat spektakuler
tersebut perlu dipublikasikan secara besar-besaran. Libatkan media cetak dan
elektronik berskala nasional untuk memublikasikan kegiatan tersebut. Semakin
gencar dan luas jangkuan pemberitaan maka dampaknya semakin menguntungkan.
Apabila Pemerintah Kabupaten Ngawi bersinergi dengan seluruh lapisan masyarakat, niscaya mimpi besar untuk mengembangkan Wahana Keduk Beji sebagai pesona wisata Ngawi pasti akan menjadi kenyataan. Semoga semua pihak memiliki keinginan yang sama untuk memajukan sektor pariwisata di Kabupaten Ngawi.
Ngawi,
31 Januari 2020